Sashimi Adventure

The Art of Sashimi: Understanding the Culinary Tradition

Sashimi represents not only a cornerstone of Japanese cuisine but also a profound cultural expression that has evolved through centuries. The term "sashimi" itself originates from the Japanese words "sashi," meaning "to pierce," and "mi," meaning "flesh." This traditional dish is characterized by its simple yet elegant presentation, highlighting the freshness and quality of raw seafood. The technique of preparing sashimi requires meticulous attention, with chefs undergoing years of training to perfect their skills in fish selection and preparation.

The selection of fresh seafood is paramount in the art of sashimi. Chefs typically source their fish from reputable suppliers, ensuring that only the highest quality seafood reaches their cutting boards. Varieties such as tuna, salmon, mackerel, and yellowtail are popular choices, each possessing unique flavors and textures that contribute to the dish's overall experience. The qualities that make certain fish ideal for sashimi include not only freshness but also the fish's fat content and seasonal availability. For instance, fatty tuna, known as "otoro," is revered for its rich flavor, while "akami," the leaner part of the tuna, offers a contrasting texture.

The preparation of sashimi involves intricate slicing techniques that enhance the dish's presentation and flavor. Chefs often utilize a specific knife known as a "yanagiba," featuring a long and thin blade tailored for precise cuts. The art of slicing sashimi involves a delicate balance; each piece must be cut against the grain to preserve the tender texture and enhance the fish’s taste. Regional variations in Japan further inform the sashimi experience, with local specialties reflecting the geographical area’s access to different seafood resources. For instance, in northern Japan, one might discover 'saba' or mackerel sashimi, while southern regions may offer unique varieties such as ‘kinmedai’ or golden eye snapper. Each region’s unique offerings highlight the deeply rooted culinary tradition surrounding sashimi, making it not just a meal, but an adventure into Japan’s rich maritime heritage.

Sashimi Adventure: Indulging in Japan’s Finest Seafood

Explore the art of sashimi, a traditional Japanese dish that showcases the elegance of raw seafood. Learn about the meticulous preparation techniques, the significance of fresh ingredients sourced from Japan's vibrant seafood markets, and the pairing options that enhance this culinary experience. From the cultural roots of sashimi to international fusion recipes, discover how this dish has captivated food enthusiasts worldwide, offering a journey into Japan's rich maritime heritage and innovative global adaptations.

Bank Indonesia (BI) optimis Indonesia pada tahun ini akan mencapai kinerja perekonomian yang lebih baik dibandingkan tahun 2024, dengan pertumbuhan ekonomi yang diprakirakan terus naik dalam tahun-tahun ke depan.

 

“Pertumbuhan (tahun ini) kami perkirakan antara 4,7 sampai 5,5 persen dan akan naik di tahun depan 4,8 sampai 5,6 persen. Pertumbuhan akan naik dalam dua tahun ini dan terus akan naik lebih tinggi ke tahun-tahun depan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam “Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2024” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu.

 

BI juga optimis bahwa inflasi akan terkendali 2,5 plus minus 1 persen. Rupiah akan dijaga stabil supaya ekonomi Indonesia terus tumbuh. Penyaluran kredit didorong untuk bisa tumbuh antara 11 sampai 13 persen. Kemudian, digitalisasi ekonomi Indonesia juga akan terus berlanjut.

 

“Kami optimis bahwa Indonesia bersatu, bersinergi. Tidak hanya stabil tapi juga tumbuh lebih tinggi di tengah gejolak global dan geopolitik yang terus berlanjut. Kita tetap waspada terhadap berbagai gejolak global, tapi kita harus membangun optimisme untuk bersama kita maju ke depan,” kata Perry.

 

Baca juga: BI tekankan stabilitas inflasi, genjot daya beli di Bali

 

Ia menyampaikan, arah kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, BI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,75. Perry menyampaikan, langkah ini diambil karena bank sentral yakin inflasi rendah dan BI perlu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

“Kami terus mencermati ruang gerak bagaimana nanti bisa penurunan suku bunga tentu saja dengan melihat dinamika data dependen yang ada,” ujar Perry.

 

Ia kembali menekankan komitmen BI untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI juga terus meningkatkan likuiditas bagi perbankan untuk menyalurkan kredit, termasuk kebijakan insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) ke sektor-sektor prioritas.

 

“Rp295 triliun (insentif KLM) kami sudah salurkan kepada perbankan untuk sektor-sektor prioritas,” ujar Perry.

Selain itu, BI juga terus mendorong digitalisasi di bidang ekonomi keuangan, mikro, maupun juga untuk transaksi keuangan pemerintah, serta kebijakan-kebijakan yang lain.

 

Baca juga: Survei BI: Penyaluran kredit baru pada triwulan IV 2024 meningkat

 

“Moneternya pro-stability and growth. Tapi makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar, UMKM, inklusi adalah pro-growth. Arah kami, kebijakan Bank Indonesia adalah bagaimana memperkuat stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

 

Pada kesempatan tersebut, Perry juga menggarisbawahi tiga kata kunci sebagaimana yang tecermin dalam tema “Laporan Perekonomian Indonesia 2024” yaitu sinergi, stabilitas, dan transformasi.

 

Pada aspek sinergi, ia menyebutkan keberhasilan Indonesia untuk bisa menghadapi berbagai tantangan dan terus tumbuh baik dengan menyejahterakan rakyat karena berbagai pemangku kepentingan bersinergi dan tidak bekerja sendiri-sendiri.

 

Pada aspek stabilitas, Perry menekankan bahwa stabilitas merupakan kunci untuk pertumbuhan. Kemudian, transformasi juga merupakan kunci untuk Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan modal, penciptaan lapangan kerja, serta aspek-aspek efisiensi dan produktif dalam ekonomi.

 

“Dan kami melihat, Presiden dengan visi Asta Cita dan program-program dalam Asta Cita menyasar sinergi, stabilitas, dan transformasi menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” kata Perry.